Bolehkah Berbohong Demi Kebaikan?
Bolehkah Berbohong Demi Kebaikan? - Allah SWT. memerintahkan kepada kita hamba-hamba-Nya untuk selalu berkata jujur sesuai dengan kenyataan dan Allah melarang kita untuk melakukan hal sebaliknya yakni berbohong.
Berbohong berarti sebuah ungkapan untuk melebih-lebihkan, menambah-nambah, atau mengurangi sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi dan sejatinya bohong merupakan sebuah kemaksiatan yang dilarang dalam agama islam dan pelakunya adalah berdosa.
Baca juga:
Sahabat baismi, tentu kita pernah mendengar istilah berbohong untuk kebaikan. Lalu, bagaimanakah hukumnya di mata islam, adakah dalil atau hadits yang mengizinkan berbohong demi kebaikan? Berikut penjelasannya.
Hukum Berbohong Demi Kebaikan
Sahabat baismi, ada satu cara yang mirip dengan berbohong tapi bukan berbohong, cara ini dinamakan Tauriyah yaitu seseorang menggunakan kata yang ambigu dengan harapan agar maksud yang dituju bisa dipahami dengan berbeda oleh lawan bicara.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ada sebuah kisah dari Nabi Ibrahim, ketika beliau dan istrinya sedang melewati daerah yang dipimpin oleh penguasa zalim bahwa ada seorang hamba yang melapor kepada rajanya, "disana ada lelaki bersama seorang wanita yang sangat cantik". Sementara sang raja tersebut mempunyai kebiasaan merampas istri orang dan membunuh suaminya.
Kemudian raja tersebut mengutus orang untuk bertanya kepada Nabi Ibrahim, "Siapa wanita ini?" tanya prajurit, "Dia saudariku" jawab Nabi Ibrahim. Setelah menjawab, Nabi Ibrahim mendatangi istrinya dan mengatakan, "Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku dan dirimu, orang tadi bertanya padaku, aku sampaikan bahwa kamu adalah saudariku, karena itu jangan engkau anggap aku berbohong". (Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dalam Hadits Riwayat Bukhari).
Dalam hal ini, Nabi Ibrahim menggunakan kata yang ambigu, kata saudara bisa bermakna saudara seagama atau saudara kandung, sedangkan yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim adalah saudara seiman atau seagama, sementara kata saudara ini dipahami oleh prajurit sebagai saudara kandung.
Berbohong untuk Menumbuhkan Kebaikan
Bentuk berbohong yang diperbolehkan yaitu berbohong untuk mewujudkan kemaslahatan atau menghindari bahaya yang lebih besar. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Ulwah, beliau mendengar Nabi Muhammad SAW. bersabda yang artinya:
"Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain Ummu Kultsum berkata bahwa tidak pernah ia mendengar dari Rasulullah SAW. memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga perkara, seperti sabda Rasulullah SAW.
"Tidaklah aku anggap seorang itu berbohong, apabila bertujuan mendamaikan di antara manusia, berkata sebuah perkataan tiada lain kecuali untuk perdamaian, orang yang bohong ketika dalam perperangan dan ketiga, suami yang berbohong kepada istrinya, atau istri berbohong kepada suaminya (jika untuk kebaikan)". (Hadits Riwayat Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah).
Berbohong antar suami istri yang dimaksud adalah berbohong dalam rangka memperingatkan rasa cinta, menggombal dengan tujuan untuk melestarikan kasih sayang dan ketenangan keluarga. Bukan bermaksud di dalamnya berbohong untuk mengambil hak pasangannya atau lari dari tanggungjawab.
Bukan Berbohong dengan Tujuan Menipu dan Mengkhianati
Imam Nawawi berkata, adapun bohong kepada istri atau istri bohong kepada suami maka yang diinginkan adalah menampakkan kasih sayang dan janji yang tidak mengikat. Adapun bohong yang tujuannya dengan menipu dengan menahan apa yang wajib ditunaikan atau mengambil yang bukan haknya maka hal itu diharamkan menurut kesepakatan kaum muslimin.
Sedangkan Syaikh Al Albani berkata bukanlah termasuk bohong yang dibolehkan apabila suami menjanjikan kepada istrinya bahwa dia telah membeli ini dan itu lebih banyak dari kenyataannya untuk mencari ridho sang istri. Perkara semacam ini bisa terbongkar dapat menjadi sebab percecokan serta prasangka buruk seorang istri kepada suaminya dan ini termasuk kerusakan bukan perbaikan.
Menghindari Berbohong
Sahabat baismi, menghindari situasi yang memaksa untuk berbohong sesungguhnya lebih mudah dari pada memperbaiki kesalahan akibat kebohongan. Jangan malu untuk mengatakan tidak mampu melakukan atau memenuhi sesuatu ketimbang kita memberi pengharapan yang besar kepada lawan bicara, tetapi sebenarnya kita berbohong dan tidak yakin akan apa yang dikatakan.
Mungkin saja diawalnya timbul permasalahan dan benturan tetapi rasa melepaskan beban pikiran dan hati tidak ternilai rasanya. Yakinlah kita akan jauh lebih tenang jika jujur dan biasakan berkata jujur agar menjadi orang yang dipercaya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. dalam kehidupan sehari-hari, itulah mengapa Beliau mendapat gelar Al Amin. Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits-Nya:
Baca juga:
"Tanda orang munafik itu ada tiga keadaan: pertama, apabila ia berkata-kata ia berdusta. kedua, apabila berjanji ia mengingkari, ketiga apabila diberi amanah (kepercayaan) ia mengkhianati". (hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Sahabat baismi, itulah penjelasan tantang bolehkah berbohong demi kebaikan. Semoga kita semua menjadi orang yang amanah dan selalu berkata jujur agar selalu dapat dipercaya oleh orang lain dan semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan menambah ilmu kita. Amin.
Berbohong berarti sebuah ungkapan untuk melebih-lebihkan, menambah-nambah, atau mengurangi sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi dan sejatinya bohong merupakan sebuah kemaksiatan yang dilarang dalam agama islam dan pelakunya adalah berdosa.
Image: umamismind.blogspot.com |
Sahabat baismi, tentu kita pernah mendengar istilah berbohong untuk kebaikan. Lalu, bagaimanakah hukumnya di mata islam, adakah dalil atau hadits yang mengizinkan berbohong demi kebaikan? Berikut penjelasannya.
Hukum Berbohong Demi Kebaikan
Sahabat baismi, ada satu cara yang mirip dengan berbohong tapi bukan berbohong, cara ini dinamakan Tauriyah yaitu seseorang menggunakan kata yang ambigu dengan harapan agar maksud yang dituju bisa dipahami dengan berbeda oleh lawan bicara.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ada sebuah kisah dari Nabi Ibrahim, ketika beliau dan istrinya sedang melewati daerah yang dipimpin oleh penguasa zalim bahwa ada seorang hamba yang melapor kepada rajanya, "disana ada lelaki bersama seorang wanita yang sangat cantik". Sementara sang raja tersebut mempunyai kebiasaan merampas istri orang dan membunuh suaminya.
Kemudian raja tersebut mengutus orang untuk bertanya kepada Nabi Ibrahim, "Siapa wanita ini?" tanya prajurit, "Dia saudariku" jawab Nabi Ibrahim. Setelah menjawab, Nabi Ibrahim mendatangi istrinya dan mengatakan, "Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku dan dirimu, orang tadi bertanya padaku, aku sampaikan bahwa kamu adalah saudariku, karena itu jangan engkau anggap aku berbohong". (Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dalam Hadits Riwayat Bukhari).
Dalam hal ini, Nabi Ibrahim menggunakan kata yang ambigu, kata saudara bisa bermakna saudara seagama atau saudara kandung, sedangkan yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim adalah saudara seiman atau seagama, sementara kata saudara ini dipahami oleh prajurit sebagai saudara kandung.
Berbohong untuk Menumbuhkan Kebaikan
Bentuk berbohong yang diperbolehkan yaitu berbohong untuk mewujudkan kemaslahatan atau menghindari bahaya yang lebih besar. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Ulwah, beliau mendengar Nabi Muhammad SAW. bersabda yang artinya:
"Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar sesama manusia. Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain Ummu Kultsum berkata bahwa tidak pernah ia mendengar dari Rasulullah SAW. memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga perkara, seperti sabda Rasulullah SAW.
"Tidaklah aku anggap seorang itu berbohong, apabila bertujuan mendamaikan di antara manusia, berkata sebuah perkataan tiada lain kecuali untuk perdamaian, orang yang bohong ketika dalam perperangan dan ketiga, suami yang berbohong kepada istrinya, atau istri berbohong kepada suaminya (jika untuk kebaikan)". (Hadits Riwayat Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah).
Berbohong antar suami istri yang dimaksud adalah berbohong dalam rangka memperingatkan rasa cinta, menggombal dengan tujuan untuk melestarikan kasih sayang dan ketenangan keluarga. Bukan bermaksud di dalamnya berbohong untuk mengambil hak pasangannya atau lari dari tanggungjawab.
Bukan Berbohong dengan Tujuan Menipu dan Mengkhianati
Imam Nawawi berkata, adapun bohong kepada istri atau istri bohong kepada suami maka yang diinginkan adalah menampakkan kasih sayang dan janji yang tidak mengikat. Adapun bohong yang tujuannya dengan menipu dengan menahan apa yang wajib ditunaikan atau mengambil yang bukan haknya maka hal itu diharamkan menurut kesepakatan kaum muslimin.
Sedangkan Syaikh Al Albani berkata bukanlah termasuk bohong yang dibolehkan apabila suami menjanjikan kepada istrinya bahwa dia telah membeli ini dan itu lebih banyak dari kenyataannya untuk mencari ridho sang istri. Perkara semacam ini bisa terbongkar dapat menjadi sebab percecokan serta prasangka buruk seorang istri kepada suaminya dan ini termasuk kerusakan bukan perbaikan.
Menghindari Berbohong
Sahabat baismi, menghindari situasi yang memaksa untuk berbohong sesungguhnya lebih mudah dari pada memperbaiki kesalahan akibat kebohongan. Jangan malu untuk mengatakan tidak mampu melakukan atau memenuhi sesuatu ketimbang kita memberi pengharapan yang besar kepada lawan bicara, tetapi sebenarnya kita berbohong dan tidak yakin akan apa yang dikatakan.
Mungkin saja diawalnya timbul permasalahan dan benturan tetapi rasa melepaskan beban pikiran dan hati tidak ternilai rasanya. Yakinlah kita akan jauh lebih tenang jika jujur dan biasakan berkata jujur agar menjadi orang yang dipercaya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. dalam kehidupan sehari-hari, itulah mengapa Beliau mendapat gelar Al Amin. Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits-Nya:
Baca juga:
"Tanda orang munafik itu ada tiga keadaan: pertama, apabila ia berkata-kata ia berdusta. kedua, apabila berjanji ia mengingkari, ketiga apabila diberi amanah (kepercayaan) ia mengkhianati". (hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Sahabat baismi, itulah penjelasan tantang bolehkah berbohong demi kebaikan. Semoga kita semua menjadi orang yang amanah dan selalu berkata jujur agar selalu dapat dipercaya oleh orang lain dan semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan menambah ilmu kita. Amin.